Jakarta, 21 Februari 2023 - Perkembangan zaman membuat segalanya mudah, termasuk gaya hidup. Akan tetapi, gaya hidup justru punya dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk produksi sampah di Indonesia. Oleh sebab itu, perubahan untuk memperbaiki lingkungan diperlukan guna mencegah dampak gaya hidup yang merusak.
Salah satunya perubahan dapat dilakukan dengan konsep gaya hidup tanpa sampah (zero waste). Konsep ini menjadi solusi permasalahan sampah dan lingkungan di Indonesia yang sudah ada sejak lama. Maka, perlu untuk adanya pihak yang menyerukan gaya hidup ini, salah satunya adalah Great Eastern Life Indonesia dalam kampanye utama Reach for Great. Kampanye ini berlandaskan salah satu pilar keberlanjutan perusahaan, yakni berfokus pada lingkungan.
Dalam kampanye utama ini, Great Eastern Life Indonesia bekerja sama dengan #SayaPilihBumi National Geographic Indonesia untuk menyerukan gaya hidup tanpa sampah. Kolaborasi ini dilakukan lewat kampanye bertajuk Reach for a Greener Tomorrow sejak 26 Oktober, bertepatan dengan Sustainability Day.
"Great Eastern itu di bidang asuransi. Sudah cukup lama, 26 tahun," kata Head of Marketing Great Eastern Life Indonesia, Roy Hendrata dalam gelar wicara Reach for a Greener Tomorrow: Kolaborasi Wujudkan Gaya Hidup Zero Waste untuk Bumi pada Selasa, 21 Februari 2023. Gelar wicara ini diadakan di Salihara Art Center, dan merupakan puncak rangkaian aktivitas kampanye, sekaligus bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional.
"Kita ingin menginspirasi masyarakat untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih baik. Definisi ini kan banyak indikatornya. Kalau mau hidup lebih baik lagi ada pribadi yang lebih hebat, jadi lewat premis itu kami memiliki sustainability pillar," lanjutnya.
Namun, untuk menjalankan gaya hidup tanpa sampah tidak bisa dilakukan sendiri, perlu ada kesadaran terhadap permasalahan lingkungan, keinginan melakukannya, dan mengetahui cara penerapannya.
"Zero waste ter-pop-up karena ada masalah di planet ini seperti isu sampah. Sejak dulu sudah ada solusinya, tetapi kita lupa menerapkan solusinya," kata penjelajah dan pemengaruh, Ramon Y. Tungka. Dia menekankan, gaya hidup bebas sampah tidak hanya dijalankan secara sendiri, tetapi punya pengaruh pada lingkungan sosial sekitarnya.
"Kalau kita lakukan sendirian, mungkin akan cepat, tetapi enggak akan kemana-mana. Makanya perlu dilakukan secara bersama-sama," lanjut Ramon. Kesadaran bersama untuk menerapkan gaya hidup tanpa sampah sangat penting, mengingat emisi bisa dihasilkan dari barang yang dibuang.
Di dalam suatu lembaga bahkan korporat sekalipun, gaya hidup tanpa sampah dapat diwujudkan. Sistem bisa dibentuk dari anggota yang bersama-sama membentuk kebiasaan. Pada akhirnya, kebiasaan tersebut menjadi budaya, sehingga memengaruhi sistem lembaga untuk mewujudkan gaya hidup tanpa sampah.
Great Eastern Life Indonesia justru berbeda. Alih-alih gerakan keberlanjutan dan mencintai lingkungan muncul dari kebiasaan, mereka justru sudah menjadikan hal tersebut sebagai perhatian komitmen perusahaan. "Sustainability pilar kami adalah lingkungan, peningkatan kesejahteraan, dan perusahaan yang bertanggung jawab," ungkap Roy.
Penjelajah dan inisiator Gerakan Ekspedisi Nol Sampah Siska Nirmala mengatakan bahwa pada awalnya untuk menerapkan gaya hidup tanpa sampah memang sulit. Kesulitannya disebabkan ketergantungan kita untuk mengonsumsi berbagai barang penghasil sampah. Memulai gaya hidup ini perlu cara yang bertahap dari diri sendiri.
Siska sendiri sudah memulai gaya hidup tanpa sampah sejak 2012. Berkomitmen untuk hidup tanpa sampah, pada awalnya, sangat berat karena dilakukan sendirian. Hatinya tergerak untuk melakukan hidup tanpa sampah ketika mendaki Gunung Rinjani yang penuh dengan sampah. Seiring tahun demi tahun berjalan, dia mendapati bahwa gaya hidup tanpa sampah sudah banyak disuarakan dan dilakukan. Hal ini mempermudah bagi masyarakat lainnya untuk turut serta memulai hidup tanpa sampah.